Selasa, 11 Maret 2014
Diposting oleh
Unknown
di
05.51
Tugas Analisis Laporan Keuangan
RASIO LIKUIDITAS
Struktur kekayaan suatu
perusahaan erat hubungannya dengan struktur modalnya. Dengan menghubungkan
elemen-elemen aktiva di satu pihak dengan elemen-elemen pasiva di lain pihak,
kita akan dapat memperoleh banyak gambaran tentang keadaan finansiil suatu
perusahaan. Elemen-elemen apa yang akan kita hubungkan adalah tergantung kepada
aspek finansiil apa yang ingin kita ketahui. Dengan membandingkan elemen-elemen
tertentu dari pasiva di lain pihak, kita akan dapat mengetahui keadaan keuangan
atau tingkat likuiditas suatu perusahaan pada saat tertentu.
Masalah likuiditas adalah
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaaan untuk memenuhi kewajiban
finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat
likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan
“kekuatan membayar” dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang
mempunyai “kekuatan membayar” belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban
finansiilnya yang segera harus dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan
tersebut belum tentu mempunyai “kekuatan membayar”.
“Kemampuan
membayar” baru terdapat pada perusahaan apabila ““kekuatan membayar”-nya adalah
demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansiilnya yang
segera harus dipenuhi. Dengan demikian maka kemampuan membayar itu baru dapat
kita ketahui setelah kita membandingkan “kekuatan membayar”-nya di satu pihak
dengan kewajiban-kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi di lain
pihak agar kita tidak salah dalam mengambil keputusan.
1.
Pengertian
Rasio Likuiditas
Kita sering kali
mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang tidak mampu atau tidak
sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang (kewajiban) yang sudah jatuh
tempo pada saat ditagih. Kasus yang seperti ini sangat mengganggu hubungan baik
antara perusahaan dengan para kreditor, atau juga dengan para distributor.
Dalam jangka panjang kasus ini akan berdampak pula kepada para pelanggan
(konsumen). Artinya perusahaan akan memperoleh krisis kepercayaan dari berbagai
pihak yang selama ini membantu kelancaran usahanya.
Ketidakmampuan
perusahaan membayar kewajibannya terutama utang jangka pendek (yang sudah jatuh
tempo) disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, perusahaan sedang tidak
memiliki dana sama sekali. Atau kedua, perusahaan memiliki dana, namun saat
jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga
harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti
menagih piutang, menjual surat-surat berharga, atau menjual persediaan atau
aktiva lainnya.
Dalam praktiknya, tidak
jarang pula perusahaan mengalami hal sebaliknya, yaitu kelebihan dana. Artinya
jumlah dana tunai dan dana yang segera dapat dicairkan melimpah. Kejadian ini
bagi perusahaan juga kurang baik karena ada aktivitas yang tidak dilakukan
secara optimal.
Penyebab
utama kejadian dan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban tersebut
sebenarnya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Kemudian, sebab lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan
tidak menghitung rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa
sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai
utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya. Seandainya perusahaan sudah
menganalisis rasio yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat
mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan sebenarnya. Kemudian,
perusahaan dapat berusaha untuk mecarikan jalan keluarnya. Analisis keuangan
yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau
kewajibannya dikenal dengan nama analisis
rasio likuiditas.
Fred Weston menyatakan bahwa
Rasio Likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Sedangkan, menurut James O.Gill
rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur jumlah kas atau jumlah investasi
yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran,
tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.
Riyanto (2008:25) menyatakan
bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.
Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga
mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus terpenuhi,
dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu
perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala
kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan
tersebut insolvable.
Menurut Harahap (2009:301),
rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang
sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar
yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada
kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber
informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.
Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan
sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.
Artinya
apabila perusahaan mempunya kewajiban (utang) ditagih, perusahaan akan mampu
untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Dengan
kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban
kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun didalam perusahaan
(likuiditas perusahaan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio
ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi
kewajiban (utang) pada saat ditagih.
2.
Tujuan
dan Manfaat Rasio Likuiditas
Perhitungan rasio
likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan (intern) guna menilai kemampuan
mereka sendiri, tetapi perhitungan likuiditas juga berguna bagi pihak luar
perusahaan (ekstern), misalnya perbankan. Adapun tujuan dan manfaat yang dapat
dipetik dari hasil rasio likuiditas, yaitu;
1.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar
kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
2.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
3.
Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau
piutang.
4.
Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah
sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.
5.
Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
6.
Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan
kas dan utang.
7.
Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas
perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8.
Untuk melihat kelemahan yang dimiliki oleh
perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang
lancar.
9.
Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk
memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.
Bagi
pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor), investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio
likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban kepada pihak ketiga.
3.
Jenis-jenis
Rasio Likuiditas
Secara
umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, disamping itu, dari rasio
likuiditas dapat diketahui hal-hal yang lebih spesifik yang juga masih berkaitandengan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Semua ini tergantung dari
jenis rasio likuiditas yang digunakan. Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat
digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu:
a.
Rasio Lancar (current
ratio)
b.
Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)
c.
Rasio kas (cash
ratio)
d.
Rasio perputaran kas
e.
Inventory
to net working capital
A.
Rasio
Lancar (current ratio)
Rasio
Lancar atau (current ratio) merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total
aktiva lancar dengan total utang lancar. Current ratio menunjukkan sejauh mana
akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan
aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya.
Rasio
Lancar (current ratio) merupakan
harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu
tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga,
piutang, sediaan, biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima,
pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan, utang lancar
(current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal
satu tahun). Atinya, utang ini segera harus dilunasi dalam waktu paling lama
satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu
tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang deviden, biaya diterima
dimuka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka
pendek lainnya.
Dari
hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa
perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran
rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja
terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu
kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan,
misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis atau dapat pula digunakan
target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya, sekalipun kita tahu bahwa
target yang telah ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan
rata-rata industry untuk usaha yang sejenis.
Dalam
praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1)
yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan
bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah
merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun, sekali lagi untuk
mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah rata-rata industri
untuk perusahaan yang sejenis.
Rumus
untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat yang digunakan sebagai
berikut.

Apabila
mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat
pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat
dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
1.
Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk
menambah aktiva lancar.
2.
Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk
mengurangi jumlah utang lancar.
3.
Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama
dengan mengurangi aktiva lancar.
Contoh
:
Komponen
Laporan Keuangan
|
2011
|
2012
|
Total
aktiva lancar
|
1.726.581
|
1.544.940
|
Total
utang lancar
|
911.836
|
1.216.997
|
Untuk
tahun 2011

= 1,9 kali
Artinya jumlah aktiva lancer
sebanyak 1,9 kali utang lancer, atau setiap
1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,9 rupiah harta lancar, atau 1,9 : 1
antara aktiva lancar dengan utang lancar.
Untuk
tahun 2012

=
1,3 kali
Artinya
jumlah aktiva lancar sebanyak 1,3 kali utang lancar, atau setiap 1 rupiah utang
lancar dijamin oleh 1,3 rupiah harta lancar, atau 1,3 : 1 antara aktiva lancar
dengan utang lancar.
Jika rata-rata industri untuk
current ratio adalah dua kali, keadaan perusahaan untuk tahun 2011 dan tahun
2012 kondisinya kurang baik jika dibandingkan dengan perusahaan lain karena
rasionya masih di bawah rata-rata industri.
B.
Rasio
Cepat (Quick Ratio)
Rasio
Cepat (Quick Ratio)atau rasio sangat
lancar atau acid test ratio merupakan
rasio yang menunjukka kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar
kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai persediaan (inventory).
Rumus untuk mencari Quick ratio, yaitu :

Atau

Contoh
:
Komponen Laporan Keuangan
|
2011
|
2012
|
Total aktiva lancar
|
1.726.581
|
1.544.940
|
Total utang lancar
|
911.836
|
1.216.997
|
Persediaan
|
331.899
|
602.660
|
Untuk tahun 2011

= 1,5
Untuk tahun 2012

= 0,8
Jika
rata-rata industri untuk quick ratio
adalah 1,5 kali, maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain.
Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan bila
hendak melunasi utang lancar, tetapi dapat menjual surat berharga atau
penagihan piutang. Demikian pula sebaliknya, seperti pada tahun 2012 quick ratio perusahaan yaitu 0,8 kali,
jika rasio perusahaan di bawah rata-rata industri, keadaan perusahaan lebih
buruk dari perusahaan lain. Hal ini menyebabkan perusahaan harus menjual
persediaannya untuk melunasi pembayaran utang lancar. Padahal menjual
persediaan untuk harga yang normal relative sulit, kecuali perusahaan menjual
di bawah harga pasar, yang tentunya bagi perusahaan lebih jelas menambah
kerugian.
C.
Rasio
Kas (Cash Ratio)
Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang
setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat
ditarik setiap saat). Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio adalah :

Atau

Contoh
:
Komponen Laporan Keuangan
|
2011
|
2012
|
Total aktiva lancar
|
1.726.581
|
1.544.940
|
Total utang lancar
|
911.836
|
1.216.997
|
Kas dan setara kas
|
634.673
|
102.175
|
Untuk
tahun 2011

Untuk
tahun 2012

Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan
perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas yang
terlalu tinggi seperti pada tahun 2011, juga kurang baik karena ada dana yang
menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal. Sebaliknya
apabila rasio kas di bawah rata-rata industri, seperti pada tahun 2012, kondisi
kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kewajiban masih
memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya.
D.
Rasio
Perputaran Kas
Menurut James O. Gill,
rasio perputaran kas (Kash Turn Over)
berfungsi untuk mengukur tingka kecukupan modal kerja perusahaan yang
dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Hasil perhitungan
rasio perputaran kas dapat diartikan sebagai berukut :
a.
Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti
ketidakmampuan perusahaan dalam membayar tagihannya.
b.
Apabila rasio perputaran kas rendah, dapat
diartikan kas yang tertanam dalam aktiva sulit dicairkan dalam waktu singkat
sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.
Rumus yang digunakan untuk mencari rasio
perputaran kas adalah :

Contoh :
Komponen
Laporan Keuangan
|
2011
|
2012
|
Penjualan
|
1.752.802
|
2.747.623
|
Total
aktiva lancar
|
1.726.581
|
1.544.940
|
Total
utang lancar
|
911.836
|
1.216.997
|
Untuk Tahun 2011


= 2
kali
Untuk Tahun 2012


= 8 kali
Jika
rata-rata industri untuk perputaran kas adalah 10 kali, keadaan perusahan pada
tahun 2011 dan 2012 dikatakan kurang baik karena rasio perputaran kasnya berada
dibawah rata-rata industri.
E.
Inventory
to Net Working Capital
Inventory
to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal
kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan aktiva lancar
dengan utang lancar.
Rumus untuk mencari Inventory to Net Working Capital :

Contoh :
Komponen Laporan Keuangan
|
2011
|
2012
|
Total aktiva lancar
|
1.726.581
|
1.544.940
|
Total utang lancar
|
911.836
|
1.216.997
|
Persediaan
|
331.899
|
602.660
|
Untuk
tahun 2011


= 0,4
= 40 %
Untuk tahun 2012


= 1,8
= 180%
Jika,
rata-rata industri untuk Inventory to Net
Working Capital adalah 12 %, untuk tahun 2011 dan 2012 cukup jauh diatas
rata-rata industri.
4.
Hasil
Pengukuran
No
|
Jenis Rasio
|
2011
|
2012
|
Standar Industri
|
1
|
Current
ratio
|
1,9
kali
|
1,3
kali
|
2
kali
|
2
|
Quick
ratio
|
1,5
kali
|
0,8
kali
|
1,5
kali
|
3
|
Cash
ratio
|
70%
|
0,8%
|
50%
|
4
|
Cash
Turn Over
|
2%
|
8%
|
10%
|
5
|
Inventory
to net working capital
|
40%
|
180%
|
12%
|
Rasio lancar (current rasio),
dapat dilihat dari tabel bahwa pada tahun 2011 dan 2012 current rasio PT. Tiga Pilar Sejahtera, Tbk
sebanyak 1,9 kali dan 1,3 kali utang lancar. Hal ini dapat dikatakan pada tahun
2011 kurang memuaskan karena berada di bawah rata-rata industri.
Jika
standar rata-rata industri current rasio adalah dua kali, current rasio
perusahaan tahun 2011 dan 2012 dikatakan kurang baik karena tidak memenuhi
syarat standar rata-rata industri. Oleh karena itu, kondisi perusahaan di tahun
2011 dan 2012 perlu dikhawatirkan mengingat rasio lancar yang dimiliki
perusahaan masih di bawah rata-rata industri dan perlu ditingkatkan lagi. Hal
ini penting mengingat rasio yang menyamai rata-rata industri yang dibutuhkan
guna menumbuhkan tingkat kepercayaan berbagai pihak pada perusahaan.
Hasil
rasio cepat (quick ratio) dari tahun 2011 dan 2012 juga mengalami penurunan.
Jika semula pada tahun 2011 rasio cepatnya 1,5 kali, pada tahun 2012 turun
menjadi 0,8 kali. Jika standar rata-rata industri untuk quick ratio adalah 1,5 kali, kondisi perusahaan dapat dikatakan
sangat buruk karena rasio cepatnya berada jauh di bawah 1,5 kali (rata-rata
industri).
Hasil
pengukuran rasio kas dari tahun 2011 ke tahun 2012 juga mengalami penurunan
yang sangat signifikan. Jika semula pada tahun 2011 rasio kas sebanyak 70%, pada tahun 2012 turun menjadi 0,8 %.
Jika
rata-rata industri rasio kas 50%, pada tahun 2011 perusahaan berada dalam kondisi
yang memuaskan karena masih berada di atas rata-rata industri. Tetapi pada
tahun 2012 rasio kas perusahaan mengalami penurunan yang sangat signifikan
menjadi 0,8%. Hal ini berarti perusahaan tidak mempunyai uang kas yang tersedia
untuk membayar utang. Hal ini menandakan bahwa pada tahun 2011 perusahaan tidak
menggunakan kas sudah secara optimal karena rasio kas yang tinggi dicurigai
karena manajemen belum melakukan pengolahan secara baik, artinya adanya kas
yang idle (menganggur) dan tentu saja
ini dapat merugikan perusahaan.
Hasil
pengukuran rasio perputaran kas dari tahun 2011 ke tahun 2012 juga mengalami
kenaikan. Jika semula pada tahun 2011 rasionya sebesar 2%, pada tahun 2012 naik
menjadi 8%. Ini berarti perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk menutupi
biaya-biaya perusahaan. Jika rata-rata industry rasio perputaran kas 10%,
kondisi perusahaan tahun 2011 dan 2012 tidak memuaskan karena masih di bawah
rata-rata industri.
Hasil
pengukuran Inventory to net working
capital dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami kenaikan yang sangat
signifikan. Jika semula pada tahun 2011 rasio sebanyak 40%, pada tahun 2012
naik menjadi 180%.
Jika standar rata-rata industri Inventory to net working capital 12%,
rasio perusahaan ini untuk tahun 2011 dan 2012 sangat memuaskan karena jauh di
atas rata-rata.
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto, Bambang, 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, BPFE,Yogyakarta.
Sawir, Agnes. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan Perusahaan, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
James O. Giel Dasar-dasar Analisis Keuangan. Informasi Keuangan untuk Semua Manajer.
Penerbit Salemba Empat 1997.
J. Fred Weston, Eugene Dasar-dasar Manajemen Keuangan edisi ketujuh. Penerbit
Erlangga tahun 2004.
Kasmir. Pengantar
Manjemen Keuangan, Penerbit Kencana Predana Media Group 2010: Jakarta.
Prasetya, Gede Edy. 2006. Penyusunan dan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Penerbit ANDI Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi
Kesatu, Cetakan kesembilan, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Mardianto, Handono. 2009. Intisari Manajemen
Keuangan. Jakarta : Grasindo
LINK DOWNLOAD RASIO LIKUIDITAS disini
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)